Dampak Deforestasi Terhadap Fona dan Flaura

Dengan pertumbuhan di dunia yang begitu cepat, peningkatan kebutuhan akan ruang atau tempat tinggal menjadi perhatian. Dengan kebutuhan yang mendesak akan lahan untuk pertanian, industri serta untuk menampung kota dan populasinya yang terus bertambah, tindakan langsung yang kita kenal sebagai “deforestasi” terjadi.




Deforestasi, dalam istilah sederhana, berarti penebangan dan pembukaan tutupan hutan untuk mengakomodasi penggunaan pertanian, industri atau perkotaan . Proses ini menjadikan tutupan hutan terbuka secara permanen untuk membuat lahan agar tersedia untuk tujuan perumahan, komersial atau industri.


Secara sederhana deforestasi juga didefinisikan sebagai perubahan tutupan suatu wilayah dari berhutan menjadi tidak berhutan, dari suatu wilayah yang sebelumnya memilki bertajuk berupa hutan (vegetasi pohon dengan kerapatan tertentu) menjadi bukan hutan (bukan vegetasi pohon atau bahkan tidak bervegetasi).

Definisi tersebut diperkuat dengan Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor 30 tahun 2009 tentang Tata Cara Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan (REDD) yang menyatakan secara tegas bahwa deforestasi adalah perubahan secara permanen areal hutan menjadi tidak berhutan yang disebabkan oleh kegiatan manusia.

Dalam satu abad terakhir, tutupan hutan di seluruh dunia telah menurun ke titik terendah sepanjang masa sekitar 30 persen. Deforestasi dapat Anda lihat sebagai penggundulan hutan yang menyebabkan beberapa ketidakseimbangan, baik secara ekologis maupun lingkungan.

Apa yang membuat deforestasi mengkhawatirkan adalah efek langsung dan jangka panjang yang akan ditimbulkannya jika terus berlanjut seperti ini. Beberapa prediksi menyatakan bahwa hutan hujan dunia akan musnah jika deforestasi terus berlanjut.


Ketidakseimbangan dan Perubahan Iklim

Dampak deforestasi yang pertama adalah ketidakseimbangan dan perubahan iklim. Deforestasi dapat mempengaruhi iklim dalam banyak hal. Hutan adalah paru-paru dari planet kita. Pohon menyerap karbon dioksida dan melepaskan oksigen dan uap air di udara, dan itulah sebabnya hutan hujan tropis sangat lembap.

Pepohonan juga memberikan keteduhan yang membuat tanah tetap lembap. Deforestasi yang membuat pepohonan berkurang mengarah pada ketidakseimbangan suhu atmosfer, menciptakan iklim yang lebih kering, dan membuat kondisi ekologi menjadi sulit sehingga mengakibatkan perubahan iklim.

Beberapa jenis hewan dan tumbuhan di seluruh dunia sudah sangat terbiasa dengan habitat aslinya. Oleh karena itu, pembukaan hutan akan membuat mereka sulit untuk bertahan hidup atau berpindah dari lingkungan asalnya dan beradaptasi dengan habitat baru.

Ketika hutan ditebang, tingkat kelembapan turun dan menyebabkan tanaman yang tersisa mengering. Pengeringan hutan hujan tropis meningkatkan kerusakan akibat kebakaran yang menghancurkan hutan dengan cepat dan merugikan hewan liar serta manusia.

Dampak deforestasi yang kedua yaitu timbulkan longsor. Pohon juga penting untuk siklus air lokal karena mereka terus mengembalikan uap air ke atmosfer. Tanah pun tetap lembap karena air hujan meresap ke dalam tanah. Tanah yang subur ditahan oleh struktur akar yang rumit dari banyak lapisan pohon. Dengan pembukaan tutupan pohon, tanah langsung terkena sinar matahari, sehingga kering.

Tanpa pohon, erosi sering terjadi dan menyapu tanah ke sungai dan aliran air terdekat. Hutan berfungsi sebagai pemurnian air alam. Erosi tanah membuat tanah terkena kontaminan yang merembes ke pasokan air, sehingga berpotensi merusak kualitas air minum kita.

Banjir

Dampak deforestasi yang ketiga bisa sebabkan banjir. Saat hujan, pohon menyerap dan menyimpan sejumlah besar air dengan bantuan akarnya. Ketika mereka ditebang, aliran air terganggu, dan tanah kehilangan kemampuannya untuk menahan air. Ini menyebabkan banjir di beberapa daerah dan kekeringan di tempat lain.

Peningkatan Pemanasan Global

Dampak deforestasi yang keempat yaitu peningkatan pemanasan global. Pohon memainkan peran utama dalam mengendalikan pemanasan global. Pepohonan memanfaatkan gas rumah kaca, yang kemudian memulihkan keseimbangan di atmosfer. Dengan deforestasi yang konstan, rasio gas rumah kaca di atmosfer telah meningkat, sehingga dapat menambah kesengsaraan pemanasan global yang kita rasakan.


Kepunahan Satwa Liar

Dampak deforestasi yang berikutnya bisa sebabkan kepunahan satwa. Karena penebangan pohon yang besar-besaran, berbagai spesies hewan hilang. Mereka kehilangan habitatnya dan juga terpaksa pindah ke lokasi baru. Banyak dari mereka bahkan mendekati kepunahan.

Dunia kita telah kehilangan banyak spesies tumbuhan dan hewan dalam beberapa dekade terakhir. Sebuah studi dari Amazon Brasil memperkirakan bahwa hingga 90% dari kepunahan yang diprediksi akan terjadi hingga 40 tahun ke depan.

Masalah Pangan di Masa Depan

Dampak deforestasi yang terakhir yaitu munculkan masalah pangan di masa yang akan datang. Deforestasi untuk pangan dapat mengakibatkan permasalahan pangan di masa depan. Saat ini, 52% dari seluruh lahan yang digunakan untuk produksi pangan terkena dampak sedang hingga parah akibat erosi tanah. Dalam jangka panjang, kurangnya tanah yang subur dapat menyebabkan rendahnya hasil dan kerawanan pangan.


Tujuan dari REDD+ adalah dilakukannya penghitungan terhadap nilai karbon yang tersimpan di hutan. Upaya yang dilakukan berupa penawaran kepada negara berkembang dalam upaya mengurangi emisi dalam rangka investasi di jalur rendah karbon.


Sehingga, negara-negara maju dapat bekerjasama dengan membayar negara berkembang untuk pengurangan angka kehilangan hutan di Indonesia, pembakaran lahan gambut dan degradasi hutan.


4. Pengawasan Hutan
Pengawasan dilakukan untuk pengamanan aset hutan dalam mencegah serta mengendalikan terjadinya gangguan, kejahatan, maupun ancaman yang meliputi hutan yang ada di Indonesia.


Pengawasan dapat dilakukan secara langsung dengan aparat yang berwenang ataupun dengan monitoring perkembangan menggunakan teknologi terbaru dan turut dalam mengawasi hutan melalui teknologi satelit.


Teknologi satelit ini dapat meningkatkan transparansi pada rantai pasokan perusahaan, melalui program Forest Cover Analyzer, Eyes On The Forest dan Global Forest Watch 2.0


Teknologi ini memungkinkan setiap orang dapat melihat kapan dan dimana perubahan wilayah hutan melalui internet. Pemerintah Indonesia juga berinisiatif melakukan pengawasan hutan di berbagai badan-badan pemerintahan.

Mungkin Kamu Suka

0 Komentar

Terima kasih sudah berkomentar. Semoga bermanfaat