Review pesan buku cinta Mbah moen, mengambil hikmah dari setiap perjalanan
Ketika semua impianku bisa traveling tercapai di beberapa tempat. Aku mengingat tentang apa yang pernah dikatakan Mbah Moen di dalam tulisan yang pernah saya upload di Instagram.
"Orang yang baik itu orang yang tidak berubah, baik di kala senang maupun susah."
"Jangan takut tidak makan, jika berjuang mengurus NU. Yakinlah! Kalau tidak makan, komplainlah jika aku masih hidup. Tapi kalau aku sudah mari, maka tagihlah ke batu nisanku."
Ada beberapa kalimat yang merupakan salah satu dari ratusan kalimat yang terdapat dalam buku Pesan Cinta Mbah Moen.
Buku Pesan Cinta Mbah Moen ini disusun untuk mengingatkan kita pada sosok alim ulama yang penuh kharisma, seorang kiai, guru besar, sekaligus beliau seorang pengajar yang teladan, yaitu Al-'Arif Billah, Syaikhana K.H. Maimoen Zubair atau yang lebih akrab disapa Mbah Moen.
Profil Mbah Moen
Mbah Moen lahir di Rembang, Jawa Tengah, pada tanggal 28 Oktober 1928. Ayahnya, K.H. Zubair Dahlan merupakan murid kesayangan dari Syekh Sa'id al Yamani dan Syekh Hasan al Yamani al Makkiy. Sementara itu, ibunda beliau, Nyai Mahmudah merupakan putri dari Kiai Ahmad bin Syu'aib.Beliau terkenal sebagai pengasuh pondok pesantren Al-Anwar di Rembang, beliau juga merupakan seorang politikus. Beliau pernah menjabat sebagai anggota DPRD Kabupaten Rembang, perwakilan Jawa Tengah dalam MPR RI selama tiga periode, dan terakhir adalah menjadi Ketua Majelis Syariah Partai Persatuan Pembangunan.
Lahir dalam keluarga yang sangat religius membuat perilaku dan tutur kata Mbah Moen senantiasa penuh hikmah. Tidak heran jika beliau merupakan panutan bagi banyak orang, tidak hanya umat muslim saja. Beliau juga salah satu ulama yang menekankan betapa pentingnya sebuah toleransi dalam kehidupan beragama, berbangsa, dan bernegara.
Review Pesan Buku Cinta Mbah Moen, Mengambil Hikmah Dari Setiap Perjalanan
Karakteristik dakwah beliau lebih menekankan Islam sebagai agama yang berprinsip tawassut (moderat) dan tasamuh (toleran). Beliau pernah berkata, "Harus toleransi, jangan sampai perbedaan agama membuat kekisruhan. Agamamu, agamamu. Agamaku, agamaku."Mbah Moen memang tidak pernah membedakan orang lain meski dari golongan atas atau golongan bawah. Beliau menghargai semua orang, menempatkan diri beliau sebagai penengah yang bijak.
Dengan melihat akhlaq dan ilmu beliau ini, tidak heran banyak jutaan umat manusia merasa begitu kehilangan sejak kepergiannya beliau pada 6 Agustus 2019 lalu. Banyak yang merindukan nasihat-nasihat dan kalimat-kalimat penuh hikmah beliau yang menentramkan jiwa.
Itulah mengapa, buat seseorang yang mengalami gundah gulana, risau dan haus akan kedamaian, buku ini sangat dianjurkan untuk dibaca. Berbagai kalimat Mbah Moen tentang bermacam aspek kehidupan terangkum dengan baik dan sangat mudah dipahami.
Itulah mengapa, buat seseorang yang mengalami gundah gulana, risau dan haus akan kedamaian, buku ini sangat dianjurkan untuk dibaca. Berbagai kalimat Mbah Moen tentang bermacam aspek kehidupan terangkum dengan baik dan sangat mudah dipahami.
Buku ini merupakan tuntunan, bagaimana kita bisa menempatkan diri dan mengambil sikap dalam setiap perbedaan. Kalimat yang masih teringat juga yaitu,
"Dengan kelapangan dada, seseorang akan lebih memahami dirinya sendiri, meneliti kekurangan diri, ketimbang menguliti perbedaan dan kesalahan orang lain."Setiap traveling ternyata lebih membahagiakan jika kita tidak melihat perbedaan dari setiap orang, setiap lingkungan, ataupun setiap budaya di tempat yang sudah pernah dikunjungi.
Justru adanya perbedaan yang membuat orang lain bisa saling kenal satu sama lain. Bisa saling menghargai, sehingga mendapatkan kebaikan di dalamnya.
Meskipun tidak semua orang baik, tapi aku pernah perduli. Justru di tempat lain aku bisa dipertemukan dengan orang-orang baik. Buku Pesan cinta Mbah Moen ini memang sangat luar biasa jika dipelajari dan diingat sebagai hikmah disetiap perjalanan.
Ketika pertama kali upload foto kalimat Mbah Moen. Ternyata aku baru menyadari bahwa setiap perjalananku, jika diniatkan dengan Lillahita'allah, semua bisa terbayarkan dengan Alhamdulillah.
Review pesan buku cinta Mbah moen, mengambil hikmah dari setiap perjalanan harus kalian baca jika ingin mendapatkan banyak pencerahan. Apalagi buat yang suka dengan buku islamic ingin memperdalam pelajaran tentang kehidupan buku Pesan cinta Mbah Moen ini sangat cocok dimiliki.
Memang benar kata Mbah Moen jangan takut tidak bisa makan, karena jika yakin dalam setiap perjalanan Allah selalu memberikan semua yang kamu butuhkan. Intinya berusaha dan berdoa yakin kepada Allah disetiap langkah, pasti akan ada jalannya.
Semoga hikmah yang ada dibuku ini, bisa selalu aku bawa ketika aku traveling kemanapun. Meski belum traveling antar negara, paling tidak traveling dilingkungan sekitar terlebih dahulu.
Deskripsi Buku Pesan Cinta Mbah Moen
Penulis : Tim Rene Islam (K.H. Anis Maftuhin, Kiai Akom, Luqman Hakim Arifin, Ahmad Erik Erfinanto, Ariza Fahlevi, Nyi Ayu Keisha Alya, Khairina Jasman)
Penerbit : Rene Islam
Genre: Spiritual Islam
Tebal : 242 halaman
Topik : Headline
Ukuran : 145 x 180 mm, 244 hal.
Cover : Soft Cover
ISBN : 978-602-1201-73-2
DAFTAR ISI
Salam Rindu Mbah Moen: Sebuah Pengantar ― 7
Kata Pengantar dari Keluarga, K.H. Idror Maimoen Zubair ― 12
PESAN CINTA MBAH MOEN ― 17
Manusia Bahagia ― 19
Santri dan Anjuran Menuntut Ilmu ― 51
Ihwal Hidup Berbangsa ― 95
Hikmah dan Spiritual Islam ― 145
Selamat Jalan Wahai Gurunya Para Guru… ― 202
Penjelasan Qashidah al-Istighatsah oleh Gus Idror Maimoen ― 213
Profil Mbah Moen ― 224
Mbah Moen Di Mata Umat ―232
Buku Pesan cinta Mbah Moen ini memang sangat memorable bagiku. Karena apa yang aku yakini seperti yang dikatakan Mbah Moen, ternyata bisa menjadi kenyataan.
Iya itulah Review pesan buku cinta Mbah Moen, mengambil hikmah dari setiap perjalanan. Semoga bisa bermanfaat. Jangan lupa untuk tetap bersyukur disepanjang waktu.
0 Komentar
Terima kasih sudah berkomentar. Semoga bermanfaat